Di
pertengahan tahun 2015 perekonomian global dihadapkan pada situasi yang tak
menentu bahkan hampir menyentuh kata krisis. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan peta kekuatan ekonomi,salah satunya adalah penguatan mata uang Dollar
US yang hampir menekan mayoritas mata uang negara lain.
Akibatnya tidak sedikit perekonomian negara
yang terkena imbasnya, salah satunya Tiongkok. Tiongkok yang digadang-gadang
menjadi salah satu kiblat perekonomian dimasa depan justru mengalami pelambatan
ekonomi. Melambatnya ekonomi Tiongkok dikarenakan kinerja ekspornya yang
menurun dan kejutan dari pemerintah tiongkok yang mendevaluasi mata uang mereka
yang membuat pasar saham Tiongkok anjlok. Hal ini tentunya mempengaruhi negara
– negara yang menjadi mitra dagang Tiongkok, salah satunya Indonesia. Indonesia
juga mengalami pelambatan ekonomi. Mengapa melemahnya perekonomian Tiongkok
berdampak cukup besar untuk indonesia? Karena mayoritas tumpuan ekspor kita
adalah barang-barang komoditas bahan baku mentah seperti minyak dan batu bara.
Tiongkok adalah salah satu tujuan ekspor komoditas indonesia. Menurunnya ekpor
Tiongkok menyebabkan mereka mengurangi impor untuk menjaga neraca perdagangan
kita. Otomatis harga barang – barang komoditas Indonesia anjlok dan berpengaruh
besar terhadap kinerja ekspor kita. Faktor-faktor lain yang membuat
perekonomian Indonesia melambat diantaranya adalah :
1. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia turun pada triwulan II menjadi sebesar 4,67 % .
2. Nilai
tukar rupiah yang terus melemah terhadap USD sejak awal tahun dan bahkan hampir
mencapai angka Rp 15.000.
3. Banyaknya
dana asing yang keluar dari Indonesia akibat adanya indikasi kenaikan suku
bunga acuan The Fed dan penguatan ekonomi Amerika ( Bank Sentral Amerika )
4. Menurunnya
daya beli masyarakat
Saya
sebagai mahasiswa jurusan ekonomi tentu sangat memberi perhatian besar terhadap
permasalahan ini. Menurut saya apa yang jadi masalah utama dari perlambatan
ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya salah pemerintah. Banyak pihak yang langsung
menuding pemerintah akibat kelambatan ini dan mengaitkannya dengan krisis tahun
1998. Kita beruntung karena pondasi fundamental ekonomi Indonesia lebih baik
jika dibandingkan dengan tahun 1998.
Pemerintah
menurut saya bertindak cepat dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi sampai
4 kali setidaknya sampai saat ini. Salah satu isi paket kebijakan yang menurut
saya sangat tepat adalah kebijakan Tax Holiday bagi para perusahaan dan
investor yang ditetapkan sesuai peraturan pemerintah. Kebijakan ini tentu dapat
menumbuhkan kepercayaan para investor yang akan berinvestasi di indonesia
sehingga pembangunan kita dapat terus terlaksana.
Cadangan
devisa Indonesia pun berada ditingkat cukup baik. Cadangan Devisa Indonesia
sebesar US$ 107,6 Miliar. Dengan cadangan sebesar itu, Indonesia dapat
membiayai 7 bulan impor atau 6 bulan impor + Pembayaran Utang Luar Negeri
melebihi standar kecukupan internasional .( Source : Harian Kompas. Senin. 31
Agustus 2015 / www.bi.go.id )
Dari data-data
yang saya jabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia masih
dapat bertahan meskipun dunia sedang mengalami pelambatan ekonomi. Meskipun
begitu pemerintah harus terus siap siaga dengan segala kemungkinan yang akan
terjadi kedepannya. Peran masyarakat juga dibutuhkan untuk menggerakan
perekonomian dalam negeri. Salah satu hal yang mungkin dapat kita coba adalah
dengan membeli produk-produk lokal sehingga roda perekonomian dalam negeri
dapat bergerak. Memang produk lokal saat ini masih sedikit yang dapat bersaing
dengan produk luar dari segi kualitas. Maka dari itu saya berharap agar
pemerintah dapat membantu para pengusaha lokal agar dapat menciptakan produk
yang berkualitas dan tidak kalah dengan produk luar.Saya berharap pemerintah
dan masyarakat Indonesia dapat saling bahu membahu untuk menghadapi masalah
perekonomian agar mencapai kesejahteraan nasional,amin ya rabbal alamin. Salam Mahasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar