7 Mei 2015

MENGHITUNG GNP, PERBEDAAN KEBIJAKAN MONETER,FISKAL,DAN SEKTOR RIIL,DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR

    I.       Menghitung GNP 


              GNP = GDP – Produk Netto Terhadap Luar Negeri


             Keterangan :

             ·       GNP = Gross Nation Product
             ·       GDP = Gross Domestic Product

   II.       Perbedaan Kebijakan Moneter, Fiskal, dan                Sektor Riil


            Ketika kalian melihat berita-berita di TV pasti anda sesekali pernah mendengar kalimat “untuk mengatasi masalah blablabla pemerintah mengeluarkan kebijakan Fiskal” atau “BI menyetujui kebijakan Moneter”. Sebenarnya apa sih yang di maksud kebijakan moneter ? Apa sih yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ?Didalam Ekonomi Makro dikenal  ada 3 instrumen kebijakan pemerintah dalam perekonomian, yaitu  ada kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil. Sebelum kita mengetahui perbedaan dari 3 kebijakan tersebut ada baiknya kita mengetahui pengertian masing-masing kebijakan.

          Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

              Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

             Sektor riil merupakan kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa serta sangat terkait dengan permintaan agregat dan penawaran agregat dalam perekonomian dan tidak termasuk dalam kategori sektor moneter. Namun, kebijakan sektor riil lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan harga melalui sisi penawaran. Contoh kebijakan sektor riil antara lain : kebijakan industri, perdagangan (termasuk ekspor-impor), investasi, tenaga kerja, pertanian, pertambangan, dan teknologi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor riil diantaranya adalah: 


·    Dukungan dana atau pembiayaan untuk kegiatan investasi, misalnya untuk pembelian mesin, lahan, atau alat      produksi lainnya.    

·    Dukungan regulasi di bidang ketenagakerjaan dan kepailitan, sistem perpajakan, investasi, kepabeanan, dan        regulasi lainnya untuk kepastian berusaha.

·    Kesiapan infrastruktur publik dalam rangka mendorong kegiatan produksi.

·    Efisiensi birokrasi, misalnya perijinan investasi.

Berikut ini merupakan variabel-variabel agregatif yang termasuk sebagai pasar komoditi yaitu :
1.      Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
2.      Saving atau tabungan (S)
3.      Pendapatan nasional (Y)
4.      Investasi (I)
5.      Tingkat harga (P)
6.      Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
7.      Transfer pemerintah (Tr)
8.      Ekspor (X)
9.      Impor (I)

          Jadi dapat kita simpulkan adalah 3 penjelasan diatas bahwa masing-masing kebijakan memiliki perbedaan dalam objek yang digunakan. Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dimana pemerintah mengendalikan uang yang beredar dimasyarakat, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dimana pemerintah mengendalikan anggaran belanja negara dengan cara memotong/mengurangi anggaran maupun menaikan pajak yang dimana pajak merupakan 70% penyumbang dana anggaran  pendapatan dan belanja negara (APBN), sedangkan kebijakan disektor riil berkenaan dengan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena ini, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang (pasar untuk barang-barang dan jasa-jasa).

III.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

         Disamping tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata uang sering digunakan untuk mengukur level perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar bebas. Bagi perusahaan investasi dan investor mancanegara, nilai tukar mata uang akan berdampak pada return dan portofolio investasinya.
        

         Nilai tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang akan mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang menguat akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor dari negara lain lebih murah, dan sebaliknya. Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang:


1. Tingkat inflasi suatu negara dalam  periode tertentu 

      Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.

2. Perbedaan tingkat suku bunga suatu negara

       Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

3. Neraca perdagangan

        Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.

4. Hutang publik (Public debt)

       Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debtyang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

5. Ratio harga ekspor dan harga impor suatu negara

    Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.

6. Kestabilan politik dan ekonomi suatu negara

       Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut. 

Sumur eh sumber deh :


http://wearearticletumpah.blogspot.com/2014/12/kebijakan-fiskal-dan-kebijakan-disektor.html





1 komentar: