I.
Menghitung GNP
GNP = GDP – Produk Netto Terhadap Luar Negeri
Keterangan
:
· GNP
= Gross Nation Product
· GDP
= Gross Domestic Product
II.
Perbedaan Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Sektor Riil
Ketika kalian melihat berita-berita di TV
pasti anda sesekali pernah mendengar kalimat “untuk mengatasi masalah blablabla
pemerintah mengeluarkan kebijakan Fiskal” atau “BI menyetujui kebijakan Moneter”.
Sebenarnya apa sih yang di maksud kebijakan moneter ? Apa sih yang dimaksud
dengan kebijakan fiskal ?Didalam Ekonomi Makro dikenal ada 3 instrumen kebijakan pemerintah dalam
perekonomian, yaitu ada kebijakan
moneter, fiskal, dan sektor riil. Sebelum kita mengetahui perbedaan dari 3
kebijakan tersebut ada baiknya kita mengetahui pengertian masing-masing
kebijakan.
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah
proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara
kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku
bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Sektor riil merupakan kegiatan produktif yang
menghasilkan barang dan jasa serta sangat terkait dengan permintaan agregat dan
penawaran agregat dalam perekonomian dan tidak termasuk dalam kategori sektor
moneter. Namun, kebijakan sektor riil lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dan harga melalui sisi penawaran. Contoh kebijakan sektor riil antara
lain : kebijakan industri, perdagangan (termasuk ekspor-impor), investasi,
tenaga kerja, pertanian, pertambangan, dan teknologi. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan sektor riil diantaranya adalah:
· Dukungan
dana atau pembiayaan untuk kegiatan investasi, misalnya untuk pembelian mesin,
lahan, atau alat produksi lainnya.
· Dukungan
regulasi di bidang ketenagakerjaan dan kepailitan, sistem perpajakan,
investasi, kepabeanan, dan regulasi lainnya untuk kepastian berusaha.
· Kesiapan
infrastruktur publik dalam rangka mendorong kegiatan produksi.
· Efisiensi
birokrasi, misalnya perijinan investasi.
Berikut ini merupakan variabel-variabel agregatif yang
termasuk sebagai pasar komoditi yaitu :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
2. Saving atau tabungan (S)
3. Pendapatan nasional (Y)
4. Investasi (I)
5. Tingkat harga (P)
6. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
7. Transfer pemerintah (Tr)
8. Ekspor (X)
9. Impor (I)
Jadi dapat kita simpulkan adalah 3 penjelasan diatas bahwa
masing-masing kebijakan memiliki perbedaan dalam objek yang digunakan.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dimana pemerintah mengendalikan uang
yang beredar dimasyarakat, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dimana
pemerintah mengendalikan anggaran belanja negara dengan cara
memotong/mengurangi anggaran maupun menaikan pajak yang dimana pajak merupakan
70% penyumbang dana anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN), sedangkan kebijakan disektor riil berkenaan dengan kondisi
perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh
karena ini, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang (pasar
untuk barang-barang dan jasa-jasa).
III.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Disamping
tingkat inflasi dan suku bunga, nilai tukar mata uang sering digunakan untuk
mengukur level perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang
peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana hampir sebagian besar
negara-negara di dunia saat ini terlibat dalam aktivitas ekonomi pasar bebas.
Bagi perusahaan investasi dan investor mancanegara, nilai tukar mata uang akan
berdampak pada return dan portofolio investasinya.
Nilai
tukar mata uang suatu negara adalah relatif, dan dinyatakan dalam perbandingan
dengan mata uang negara lain. Tentu saja perubahan nilai tukar mata uang akan
mempengaruhi aktivitas perdagangan kedua negara tersebut. Nilai tukar yang
menguat akan menyebabkan nilai ekspor negara tersebut lebih mahal, dan impor
dari negara lain lebih murah, dan sebaliknya. Berikut adalah 6 faktor yang bisa
mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang:
1. Tingkat inflasi suatu negara dalam
periode tertentu
Suatu negara yang tingkat inflasinya
konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara
yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih
besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat
inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan
Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya
lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
2. Perbedaan tingkat suku bunga suatu negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat.
Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi
inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan
menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik
dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika
inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku
bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan
cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara
berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca
perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih
banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang
diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan
lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata
uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut
surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara
partner dagang.
4. Hutang publik (Public debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debtyang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Ratio harga ekspor dan harga impor suatu negara
Jika harga ekspor meningkat lebih
cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung
menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti
permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor
yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
6. Kestabilan politik dan ekonomi suatu negara
Para investor tentu akan
mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang
stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko
tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja
ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai
tukar mata uang negara tersebut.
Sumur eh sumber deh :
http://wearearticletumpah.blogspot.com/2014/12/kebijakan-fiskal-dan-kebijakan-disektor.html
ihhh soktau
BalasHapus