9 Apr 2015

PDB , PDRB , PEREKONOMIAN INDONESIA , & INDONESIA GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX

 

















1. Pengertian PDB ( Produk Domestik Bruto )

Hallo sahabat ekonomi semuanya :D. Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang produk domestik bruto (PDB). Apa sih sebenarnya PDB itu teman -teman? Produk Domestik Bruto (PDB) atau dapat disebut Gross Domestic Product (GDP) dapat diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu ( Biasanya pertahun ), termasuk juga hasil produksi dan jasa yang di hasilkan oleh perorangan/perusahaan dalam negeri maupun asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Secara kasar PDB dapat dijadikan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, akan tetapi ukuran ini tidak terlalu tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena jika hanya melihat PDB, perhitungan tersebut masih mengabaikan faktor jumlah penduduk. 
Dalam menghitung PDB dapat dilakukan dengan 3 pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan  pendapatan.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah :

PDB = Konsumsi ( C ) + Investasi ( I ) + pengeluaran Pemerintah ( G ) + { Ekspor ( X )  – Impor ( M ) }.

Keterangan :
·       Konsumsi adalah pengeluaran yang dikeluarkan rumah tangga
·       Investasi oleh  sektor usaha
·       Pengeluaran Pemerintah oleh pemerintah
·       Ekspor dan impor untuk sektor luar negeri.
Dari rumus tersebut, dapat dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah makan akan berpengaruh pada PDB yang akan meningkat pula. Begitu juga dengan Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih apabila mengalami peningkatan maka jumlah PDB akan meningkat, hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut berada dalam satu fungsi linier. Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor bersih. 

Sedangkan pendekatan yang kedua adalah pendekatan pendapatan, Rumus umum PDB dengan pendekatan pendapatan adalah :

PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba

Keterangan :
·       Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah
·       Upah diberikan untuk tenaga kerja ( pendapatan )
·       Bunga untuk balas jasa pemilik/pemberi modal
·       Laba untuk balas karya pengusaha.








Berikut saya akan sajikan data distribusi presentase produk domestik bruto ( PDB ) triwulanan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2014 :
    LAPANGAN USAHA
2014**





I
II
III
IV
Jumlah
 1. PERTANIAN, PETERNAKAN,
15.12
14.85
15.25
12.19
14.33
    KEHUTANAN DAN PERIKANAN





    a. Tanaman Bahan Makanan
7.99
6.92
7.18
4.52
6.62
    b. Tanaman Perkebunan
1.50
2.19
2.35
1.59
1.91
    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
1.81
1.78
1.80
1.90
1.83
    d. K e h u t a n a n
0.55
0.64
0.60
0.61
0.60
    e. P e r i k a n a n
3.27
3.32
3.32
3.57
3.37






 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
10.56
10.63
10.41
10.37
10.49
    a. Minyak dan gas bumi
4.66
4.37
4.04
3.36
4.09
    b. Pertambangan tanpa Migas.
4.31
4.66
4.75
5.26
4.76
    c. Penggalian.
1.58
1.60
1.62
1.75
1.64






 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
23.75
23.79
23.35
23.98
23.71
    a. Industri  M i g a s
3.05
2.92
2.79
2.76
2.88
       1). Pengilangan Minyak Bumi
1.70
1.62
1.55
1.54
1.60
       2). Gas Alam Cair
1.35
1.30
1.24
1.22
1.28
    b. Industri tanpa Migas
20.70
20.87
20.57
21.21
20.84
       1). Makanan, Minuman dan Tembakau
7.37
7.70
7.80
7.88
7.70
       2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
1.86
1.90
1.83
1.80
1.85
       3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
1.07
1.07
1.03
1.06
1.06
       4). Kertas dan Barang cetakan
0.81
0.83
0.78
0.78
0.80
       5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
2.55
2.44
2.27
2.37
2.40
       6). Semen & Brg. Galian bukan logam
0.68
0.67
0.64
0.70
0.67
       7). Logam Dasar Besi & Baja
0.39
0.39
0.37
0.39
0.38
       8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
5.83
5.74
5.71
6.10
5.85
       9). Barang lainnya
0.14
0.14
0.13
0.13
0.14






 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
0.79
0.81
0.77
0.85
0.80
    a. L i s t r i k
0.53
0.55
0.52
0.57
0.54
    b. Gas Kota
0.19
0.19
0.18
0.21
0.19
    c. Air bersih
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07






 5. B A N G U N A N
9.78
9.89
9.85
10.66
10.05






 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
14.62
14.71
14.31
14.76
14.60
    a. Perdagangan Besar dan Eceran
11.78
11.89
11.59
11.94
11.80
    b. H o t e l
0.45
0.47
0.45
0.48
0.47
    c. R e s t o r a n
2.39
2.34
2.27
2.34
2.33






 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
7.27
7.32
7.25
7.69
7.39
    a. P e n g a n g k u t a n
4.01
4.13
4.17
4.51
4.21
       1). Angkutan Rel
0.03
0.04
0.04
0.04
0.04
       2). Angkutan Jalan raya
2.18
2.12
2.11
2.33
2.19
       3). Angkutan laut
0.24
0.25
0.26
0.25
0.25
       4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr.
0.12
0.12
0.12
0.13
0.12
       5). Angkutan Udara
0.92
1.08
1.15
1.25
1.10
       6). Jasa Penunjang Angkutan
0.52
0.52
0.50
0.51
0.51
    b. K o m u n i k a s i
3.25
3.19
3.08
3.18
3.17






 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7.75
7.63
7.43
7.78
7.65
    a. B a n k
2.55
2.50
2.42
2.53
2.50
    b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
1.05
1.04
1.00
1.03
1.03
    c. Jasa Penunjang Keuangan
0.06
0.06
0.05
0.06
0.06
    d. Sewa Bangunan
2.59
2.55
2.50
2.62
2.56
    e. Jasa Perusahaan
1.51
1.48
1.45
1.55
1.50






 9. JASA - JASA
10.37
10.37
11.37
11.72
10.98
    a. Pemerintahan Umum
5.11
5.18
6.23
6.38
5.75
       1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan
3.16
3.20
3.84
3.95
3.55
       2). Jasa Pemerintahan lainnya
1.95
1.98
2.38
2.43
2.19
    b. S w a s t a
5.26
5.19
5.15
5.34
5.24
       1). Sosial Kemasyarakatan
2.12
2.10
2.12
2.20
2.14
       2). Hiburan dan Rekreasi
0.31
0.31
0.31
0.32
0.31
       3). Perorangan dan Rumah tangga
2.83
2.79
2.72
2.83
2.79






 PRODUK DOMESTIK BRUTO
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
92.29
92.71
93.17
93.87
93.03
*       Angka sementara





**      Angka sangat sementara





Table PDB
Grafik  Perbandingan PDB beberapa Negara
 


2.  PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto )

2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

   Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang di hasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan  PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga yang berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan di hitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2000.
PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan digunakan sebagai evaluasi dan pembagunan dari daerah tersebut. PDRB atas dasar harga konstan mengambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektorial. PDRB atas dasar harga konstan juga dapat digunakan untuk melihat tingkat inflasi maupun deflasi di suatu daerah. Sedangkan PDRB atas harga yang berlaku menggambarkan pendapatan per kapita dan tingkat kemakmuran suatu daerah. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa PDRB yang disajikan secara berkala digunakan untuk mengetahui :
A.    Tingkat pertumbuhan ekonomi
B.    Gambaran struktur perekonomian
C.    Tingkat inflasi maupun deflasi
D.    Perkembangan pendapatan per kapita
E.    Tingkat kemakmuran rakyat


2.2 Metode Penghitungan
                    Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan, Berikut akan dijelaskan secara singkat  mengenai metode penghitungan PDRB :
A.    Pendekatan Produksi
B.    Pendekatan Pendapatan
C.    Pendekatan Pengeluaran
D.    Metode Alokasi








 



3.  Pengertian Perekonomian Indonesia

          

 Sejarah perekonomian indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan perekonomian indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi perekonomian indonesia mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu. Hal ini relevan diungkapan sebagai bagian bagian untuk mengetahui realita perekonomian indonesia.
Ya langsung saja kita masuk dan membahas secara singkat perekonomian yang pernah digunakan oleh Indonesia :

     3.1    Orde Lama

a)      Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan, diantaranya :
·        Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
·        Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
·        Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan administrasi perkebunan asing.
·        Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
·        Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
·        Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
·        Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
·        Sistem Ekonomi Ali-Baba

b)      Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.



Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
·        Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun
·        Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
·        Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

c)      Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalanya diatur pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Akibatnya adalah :
·        Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan di bank diatas 25.000 dibekukan
·        Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin
·        Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter

     3.      Masa Orde Baru

Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

     4.      Masa Orde Reformasi

Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde baru masih belum dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN, inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.


 



4.  Indonesia Global Competitiveness Index

Di pembahasan terakhir untuk edisi kali ini penulis akan mencoba menjelaskan tentang Global Competitiveness Index Apakah  kalian pernah mendengar tentang Global Competitiveness Index ?
Jika diantara kalian masih asing dengan istilah diatas maka saya akan menjabarkan secara ringkas tentang Global Competitiveness Index yang saya dapatkan dari beberapa sumber.
Global Competitiveness Index ( atau dalam bahasa indonesia disebut dengan indeks daya saing global ) adalah  pemeringkatan terhadap negara negara yang dilakukan oleh World Economic Forum untuk menentukan dan menganalisis tingkat produktivitas sebuah negara. World Economic Forum ( WEF ) mengartikan bahwa Global Competitiveness Index adalah kumpulan kelembagaan, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas negara. World Economic Forum menerbitkan laporan indeks daya saing global setiap tahunnya.
Global Competitiveness Index Framework ( Sumber : GCR 2012 – 2013 )

Penilaian indeks daya saing global di dasarkan pada 111 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar daya saing, yaitu pengelolaan institusi yang baik, infrastruktur, kondisi dan situasi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.
Berdasarkan nilai indeks daya saing global, tingkat pembangunan suatu negara terbagi  menjadi:
          1.       Factor-driven : fondasi 1-fondasi 4 berpengaruh pada tingkat kompetitif
2.       Transition 1: Transisi menuju efficiency-driven
3.       Efficiency-driven: Fondasi yang berpengaruh adalah fondasi 5-fondasi 10
4.       Transition 2
5.       Innovation-driven:  Negara harus memperhatikan fondasi 11 dan fondasi 12 untuk dapat bersaing dengan negara lain
Indonesia saat ini berada pada tingkat efficiency-driven
Global Competitiveness Index

Indonesia termasuk dalam 144 negara yang telah diukur daya saingnya oleh World Economic World. Ditahun 2014 indonesia menempati peringkat 34 atau naik empat peringkat dari tahun sebelumnya dalam Global Competitiveness Index. Peringkat Indonesia pada tahun ini berada diatas negara Spanyol ( 35 ), Portugal (36), dan kuwait (40). Meskipun begitu peringkat indonesia masih jauh bila dibandingkan dengan 3 negara tetangganya seperti Singapura (2), Malaysia (20), dan Thailand (31).  ( baca : http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing-indonesia-kembali-meningkat )

Indeks Daya Saing Global Negara Negara Asean 2013 - 2014

Dari fakta yang saya jabarkan di atas kita dapat mengetahui bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dari negara tetangganya. Hal ini harus di cermati dan perlu di antisipasi mengingat di akhir tahun 2015 indonesia akan menghadapi perdagangan bebas ASEAN (MEA). Indonesia dalam pandangan saya harus meningkatkan daya saing didalam negeri agar dapat bersaing dengan negara tetangga agar Indonesia tidak di dominasi oleh negara tetangga di rumah sendiri nantinya. Untuk meningkatkan Global Competitiveness Index, kriteria utama yang di jadikan sebagai dasar pemeringkatan daya saing tersebut mencakup :

1.     Kriteria Perekonomian Negara
2.     Efisiensi Pemerintahan
3.     Efisiensi dan Produktifitas
4.     Infrastruktur
5.     Teknologi

Sekian pembahasan kita pada kesempatan ini, saya berharap apa yang saya sampaikan dapat menambah wawasan kita semua termasuk saya sendiri. Tulisan ini semata juga merupakan kewajiban saya sebagai mahasiswa Universitas Gunadarma untuk menyelesaikan mata kuliah softskill perekonomian indonesia. Salam Mahasiswa!!!

5.   Source :